Rabu, 09 Mei 2012

5 MINUTES IN MY LIFE




Namaku Nayla Aryani, panggil aja Nayla. Umurku 15 tahun, sekarang aku kelas 2 SMA di SMA Cendrawasih. Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah liburan tengah semester. Papa ku adalah seorang pengusaha yang bisa di bilang sangat sukses, dan Mama aku adalah seorang desainer yang cukup punya nama di dunia mode.  Tapi sayang, di rumah ku yang sangat besar aku merasa kesepian karena aku adalah anak tunggal. Papa dan Mama sangat menyanyangi aku. Bukan karena aku adalah anak tunggal tapi karena sejak 7 bulan yang lalu aku di vonis dokter mengidap kanker otak. 

Kepalaku pun kadang terasa sakit sekali mungkin itulah dampak dari penyakitku. Setelah mengetahui hal itu, Papa dan Mama aku sangat over protektif ke aku, aku gak boleh ikut olahraga, gak boleh ikut camping dan gak boleh ikut hal-hal yang bisa membuat aku lelah, tapi aku sadar itu semua dilakukan Papa dan Mama demi membahagiakan aku di saat terakhir hidupku, tapi jujur aku gak mau di perlakukan seperti itu, aku lebih suka diperlakukan seperti orang tua ku belum mengetahui penyakit yang aku derita.
“Pagi Mama, pagi Papa”
“Ma, hari ini pertama Nayla masuk sekolah setelah liburan semester, dan Nayla sangat senang sekali”
“Iya, Mama tahu itu dari wajah kamu yang cerah sekali. Tapi ingat pesan Mama, kamu gak boleh terlalu capai karena itu akan berpengaruh sama kesehatan kamu”
“Iya Mama”
“Ini sayang, Roti dan selai coklat kesukaan kamu special buatan Mama. Jangan lupa minum obatnya”
“Makasih Mama, siap Mama”
Setelah selesai sarapan...........
“Mama, Nayla sama Papa berangkat dulu ya!”
“Iya Papa (sambil mencium tangan Papa). Nayla, jaga diri kamu baik-baik ya! Mama gak mau kanmu sakit”
“Iya Mama”
30 menit kemudian aku sudah sampai di kelas. Kelas XI IPA 2 (ELSCINT)
Di sekolah ini aku mempunyai banyak sahabat tapi hanya Vina yang aku percaya. Aku mengenal Vina sejak kelas 1 SMA. Vina selalu tahu tentang perasaanku, dan di sekolah ini hanya Vina yang tahu tentang penyakit yang aku derita. Dan saat aku di rumah sakit selama sebulan, Vina rajin banget jenguk aku. Dia selalu membantu saat aku kesusahan dan dia selalu membantuku pulang ke rumah ketika kepalaku sakit mendadak dan aku pingsan. Bahkan, Vina telah aku anggap sebagai kakakku sendiri dan dia juga gak pernah marah ketika aku memanggilnya dengan “kakak”.
“Pagi Kakak Vina ku tersayang”
“Pagi juga adikku Nayla. Gimana keadaanmu sekarang?”
“Aku selalu baik-baik saja, meskipun setiap aku harus merasakan pahitnya obat-obat tapi tetap saja sakit kepalaku hanya bisa berkurang sedikit saja. Tapi saat ini aku sudah bisa menerima keadaanku”
“Gitu dong, itu baru adikku. Satu hal yang harus kamu tahu,bagaimanapun keadaan kamu, aku akan selalu ada disamping kamu, sebagai sahabat maupun kakak”
“So Sweat ” (Aku dan Vinda tertawa bersama)
Berjam-jam aku lalui di sekolah, dan bel pulang sekolah telah berbunyi. Langsung menuju ke gerbang sekolah.
“Aku ke gerbang dulu ya”
“Gak usah ke gerbang, aku akan memgantarkan adikku tersayang ini sampai ke rumahnya”
“Beneran?”
“Iya, ayo ke parkiran temenin aku”
Setelah ke mobil, Kak Vina dan aku langsung menuju ke rumah aku. Di tengah perjalanan....
“Kak Vina berhenti dulu ya! Tiba-tiba kepala ku agak sakit”
“Ok. Kamu gak apa-apa kan Nay?”
“Gak apa-apa kok, Kak.”
Setalah aku minum obat, rasa sakit kepalaku sedikt hilang. Aku pun tertidur pulas (mungkin efek dari obat hehehe), dan Kak Vina membangunkan aku ketika mobil Kak Vina sudah ada di depan rumah aku.
“”Mama, Nayla pulang’
“Iya, sayang. Eh, ada Vina juga”
“Siang tante. Nayla, mending kamu sekarang ke kamar istirahat”
“Iya Kakak Vina. Makasih ya udah nganterin aku pulang”
“Iya sama-sama. Tante, saya permisi pulang dulu ya!”
Aku langsung ke kamar dan langsung beristirahat. Tak tersa aku tertidur pulas sampai malam hari. Di tengah malam, tiba-tiba aku terbangun dari tidurku. Terkadang aku sering bangun tiba-tiba bangun malam hari, dan ketika aku terbangun aku langsung menulis di deary ku, tentang cowok yang aku cintai dan tentang apa yang aku derita.
Tuhan, terima kasih masih memberikan aku hidup. Terima kasih masih mmberikan aku kesempatan untuk dapat  merasakan indahnya dunia. Melihat alam yang sempurna, mendengar kicaun burung, melihat indahnya sinar rembulan. Melihat senyum bahagia orang tuaku. Atas hembusan nafas yang sampai saat ini masih dapat ku rasakan. Terima kasih aku masih bisa tersenyum, walau terkadang batin ini tersa sakit. Aku selalu bertanya pada kegelapan malam, pada bintang-bintang indah di langit malam, pada sang rembulan yang bersinar terang  kapan penderitaanku dari penyakit ini akan berakhir. Aku lelah dengan hidup ini. Terkadang terlintas di pikiranku kapan aku bisa seperti remja yang lain. Aku iri kepada mereka. Mereka yang tertawa lepas tanpa beban. Tetapi aku tidak boleh menyerah. Dalam keadaanku seperti ini, aku masih beruntung. Karena banyak orang yang menyanyangiku. Aku masih berharap ada seorang cowok yang mencintaiku apa adanya. Tapi itu semua tinggal harapan. Harapan yang tidak akan pernah menjadi kenyataan. Harapan yang hanya tinggal sebuah kenangan. Aku sudah berjanji ke Papa dan Mama apapun yang terjadi aku tidak akan pernah menangis dan menyesal. Karena aku yakin, bahwa apapun yang terjadi pasti sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Setelah menuangkan seluruh perasaanku ke deary, aku tidur lagi.
Pagi hari di sekolah.....
Di saat istirahat aku dan Vina ngobrol santai di taman sekolah. Cerita-cerita. Setelah puas ngobrol aku dan Vina langsung menuju ke kelas. Tiba-tiba.....
“Bruuuukkkkkk.......awwwww...”
“Maaf maaf aku gak sengaja”(sambil berdiri)
“Gak apa-apa, aku yang salah kok. Maaf ya”
Ternyata aku menabrak seorang cowok yang paling terkenal di sekolah. Namanya Rafael. Hampir semua anak di sekolah ini kenal sama Rafael, karena dia terkenal pintar, walaupun dia terlahir tak seberuntung aku.
“Hai aku Rafael, maaf ya. Aku gak sengaja. Ngomong-ngomong nama kamu siapa?”
“Nama aku Nayla, aku juga minta maaf ya”
“Aku duluan ya Nayla” (sambil tersenyum manis kepadaku)
“Iya”
Bel pulang sekolah telah berdering dengan merdunya. Aku dan Kak Vina langsung menuju ke sebuah restoran yang terkenal di Bandung. Di tengah perbincangan dengan Kak Vina aku sempat curhat sama Kak Vina.
“Kak Vina, aku mau mau curhat, boleh gak?”
“Boleh, mau curhat apa?”
“Kakak ingatkan sama cowok yang tadi siang nabrak aku, itu lho waktu di depan kelas.”
“Iya, kenapa dengan cowok itu? Kamu suka, Nay?”
“Aku juga gak tahu Kak, tapi tadi itu aku gak sanggup lihat matanya dan hatiku rasanya cenat-cenut, dag dig dug, dan aku telah menganguminya sejak kelas 1 SMA”
“Cie Nayla, ehmmm lagi jatuh cinta”
“Aku telah yakin kalau aku sangat mencintai Rafael apa adanya. Kira-kira Rafael mau nerima gue gak ya?”
“Gak penting dia nerima kamu apa gak? Yang penting kamu udah mengungkapkan perasanmu dan semua yang ada di hatimu”
“Iya”
“Gitu dong, itu baru adik ku”
“Kak, pulang yuk!”
“Ayo”
Setelah 10 menit perjalanan, aku udah sampai di depan rumahku
“Nayla, hari ini kamu harus ke rumah sakit buat Chek-up”
“Iya, Mama. Nayla mandi dulu ya”
“Iya”
Di rumah sakit setelah chek-up..
“Gimana keadaan Nayla, Dok?”
“Keadaan masih cukup normal. Paling Nayla hanya merasakan sakit kepala sesekali saja. Tapi Nayla gak boleh kecapaian”
“Baik Dokter”
Setelah selesai, aku dan Mama pulang. Dan aku minum obat langsung tidur.
Pagi harinya di sekolah....
“Ada yang lihat Vina gak?”
“Tadi terakhir aku lihat di taman sama cowok, tapi gue gak tahu cowok itu” (kata seorang temen gue)
Aku langsung menuju ke taman, sampai di taman aku gak langsung nyamperin Vina, kulihat cowok yang bersama Vina dari ujung kaki hingga ujung rambut. Dan benar saja itu Rafael, cowok yag aku kagumi. Kuurungkan niatku untuk bertemu Vina. Dan aku langsung menuju ke kelas untuk ambil tas dan langsung pulang ke rumah sambil menahan tetesan air mata, tapi air mata tetap menetes di pipiku. Sesampai di rumah.....
“Nayla sayang, kamu kenapa menangis?”
“Mama, tadi aku lihat Vina sama Rafael, cowok yang aku kagumi sejak kelas 1 SMA” (Aku langsung memeluk Mama)
“Ya udah sayang, mungkin Rafael bukan jodoh kamu. Jangan manangis, Nay”
“Tapi Ma....” (belum selesai pekataanku, tiba-tiba aku pingsan dan aku langsung di bawa ke rumah sakit)
“Sayang kamu kenapa? Bangun sayang”
Setelah di periksa dokter di UGD
“Gimana Dok, keadaan Nayla”
“Begini Pak, keadaan Nayla koma, kondisi Nayla turun drastis, sepertinyaNayla mengalami tekanan batin yang sangat dalam dan sangat mendadak”
“Usahakan yang terbaik buat Nayla Dok”
“Saya akan berusha semampu saya, dan serahkan semua kepada Tuhan”
Tiba-tiba...
“Tante, gimana kondisi Nayla?”
“Kamu gak usah sok peduli sama Nayla, tadi dia cerita ke Tante, kalau kamu tadi duduk berdua dengan cowok yang Nayla suka, Nayla pulang-pulang nangis”
“Tante, biar Vina jelasin?”
“Kamu gak perlu ngejelasin apa-apa lagi. Semuanya udah terlambat, dan Nayla sekarang koma dan itu semua gara-gara kamu” (cerita Mama sambil menangis)
“Tadi Vina ketemu sama Rafael, dan Vina verita ke Rafael kalau Nayla suka sama Rafael sejak kelas 1 SMA, dan Rafael pun sangat mencintai Nayla, tapi Rafael tidak mempunyai nyali untuk mengungkapkan itu semua, karena Rafael merasa dirinya gak cocok buat Nayla. Tante ini Rafael” (sambil menangis)
“Saya Rafael, Tante. Saya suka sama Nayla saat pertama kali kita ketemu”
“Maafin Tante ya, tante udah salah paham sama kalian. Tapi, Nayla itu sakit kanker otak dan sekarang dia koma, aku kamu tetap mencintai Nayla?”
“Saya tetap mencintai Nayla. Dokter, saya boleh masuk ke dalam gak?”
“Boleh, silahkan!”
Semuanya masuk ke kamar Nayla termasuk Rafael dan Vina. Dan Rafael hanya bisa menangis saat melihat keadaan yang dialami ole orang yang sangat dia cintainya.
“Nay, bangun Nay itu aku Rafael. Aku sayang sama kamu Nay” (sambil menangis)
Entah keajaiban apa yang terjadi, tak lama kemudian Nayla tersadar dari koma, setelah Rafael mencium keningnya Nayla dan air mata Rafael jatuh di pipi,.
“Raf, aku sayang sama kamu” ( terbata-bata sambil menangis)
“Aku juga sayang sama kamu saat pandangan pertama” (sambil menangis)
“Aku sayang sama Papa, Mama. Mama sama Papa gak boleh nangis. Mungkin ini sudah takdir aku” ( terbata-bata sambil menangis)
“Kak Vina, maafin aku ya, aku udah ngrepotin kakak, aku udah salah paham sama kakak”
( terbata-bata sambil menangis)
“Iya, Kakak udah maafin. Maafin Kakak juga ya, kalau kakak gak bisa jadi kakak yang baik buat kamu” (sambil menangis)
“Kak, aku punya permintaan terakhir buat kakak” ( terbata-bata sambil menangis)
“Apa?” (sambil menangis)
“Kak, jagain Rafael buat aku ya. Jangan pernah membiarkan Rafael menangis” ( terbata-bata sambil menangis)
“Iya kakak janji” (sambil menangis)
“Makasih Kak” ( terbata-bata sambil menangis)
“Sama-sama” (sambil menangis)
Setelah perkataan itu selesai, aku menutup mata untuk selamanya, aku bahagia karena di saat terakhir ku masih ada seorang yang mencintai aku apa adanya. Akhirnya aku bisa meninggalkan orang-orang yang aku sayangi dengan hati yang lega. Dan masih ada orang-orang yang menyanyangi aku. Selamat Tinggal Semua. Semoga Kalian Bahagia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar