Namaku Nayla Aryani, panggil aja
Nayla. Umurku 15 tahun, sekarang aku kelas 2 SMA di SMA Cendrawasih. Hari ini
adalah hari pertama masuk sekolah setelah liburan tengah semester. Papa ku
adalah seorang pengusaha yang bisa di bilang sangat sukses, dan Mama aku adalah
seorang desainer yang cukup punya nama di dunia mode. Tapi sayang, di rumah ku yang sangat besar
aku merasa kesepian karena aku adalah anak tunggal. Papa dan Mama sangat
menyanyangi aku. Bukan karena aku adalah anak tunggal tapi karena sejak 7 bulan
yang lalu aku di vonis dokter mengidap kanker otak.
Kepalaku pun kadang terasa
sakit sekali mungkin itulah dampak dari penyakitku. Setelah mengetahui hal itu,
Papa dan Mama aku sangat over protektif ke aku, aku gak boleh ikut olahraga,
gak boleh ikut camping dan gak boleh ikut hal-hal yang bisa membuat aku lelah,
tapi aku sadar itu semua dilakukan Papa dan Mama demi membahagiakan aku di saat
terakhir hidupku, tapi jujur aku gak mau di perlakukan seperti itu, aku lebih
suka diperlakukan seperti orang tua ku belum mengetahui penyakit yang aku
derita.
“Pagi
Mama, pagi Papa”
“Ma,
hari ini pertama Nayla masuk sekolah setelah liburan semester, dan Nayla sangat
senang sekali”
“Iya,
Mama tahu itu dari wajah kamu yang cerah sekali. Tapi ingat pesan Mama, kamu gak
boleh terlalu capai karena itu akan berpengaruh sama kesehatan kamu”
“Iya
Mama”
“Ini
sayang, Roti dan selai coklat kesukaan kamu special buatan Mama. Jangan lupa
minum obatnya”
“Makasih
Mama, siap Mama”
Setelah
selesai sarapan...........
“Mama,
Nayla sama Papa berangkat dulu ya!”
“Iya
Papa (sambil mencium tangan Papa). Nayla, jaga diri kamu baik-baik ya! Mama gak
mau kanmu sakit”
“Iya
Mama”
30
menit kemudian aku sudah sampai di kelas. Kelas XI IPA 2 (ELSCINT)
Di sekolah ini aku mempunyai banyak
sahabat tapi hanya Vina yang aku percaya. Aku mengenal Vina sejak kelas 1 SMA.
Vina selalu tahu tentang perasaanku, dan di sekolah ini hanya Vina yang tahu
tentang penyakit yang aku derita. Dan saat aku di rumah sakit selama sebulan,
Vina rajin banget jenguk aku. Dia selalu membantu saat aku kesusahan dan dia
selalu membantuku pulang ke rumah ketika kepalaku sakit mendadak dan aku
pingsan. Bahkan, Vina telah aku anggap sebagai kakakku sendiri dan dia juga gak
pernah marah ketika aku memanggilnya dengan “kakak”.
“Pagi
Kakak Vina ku tersayang”
“Pagi
juga adikku Nayla. Gimana keadaanmu sekarang?”
“Aku
selalu baik-baik saja, meskipun setiap aku harus merasakan pahitnya obat-obat
tapi tetap saja sakit kepalaku hanya bisa berkurang sedikit saja. Tapi saat ini
aku sudah bisa menerima keadaanku”
“Gitu
dong, itu baru adikku. Satu hal yang harus kamu tahu,bagaimanapun keadaan kamu,
aku akan selalu ada disamping kamu, sebagai sahabat maupun kakak”
“So
Sweat ” (Aku dan Vinda tertawa bersama)
Berjam-jam aku lalui di sekolah,
dan bel pulang sekolah telah berbunyi. Langsung menuju ke gerbang sekolah.
“Aku
ke gerbang dulu ya”
“Gak
usah ke gerbang, aku akan memgantarkan adikku tersayang ini sampai ke rumahnya”
“Beneran?”
“Iya,
ayo ke parkiran temenin aku”
Setelah
ke mobil, Kak Vina dan aku langsung menuju ke rumah aku. Di tengah
perjalanan....
“Kak
Vina berhenti dulu ya! Tiba-tiba kepala ku agak sakit”
“Ok.
Kamu gak apa-apa kan Nay?”
“Gak
apa-apa kok, Kak.”
Setalah aku minum obat, rasa sakit
kepalaku sedikt hilang. Aku pun tertidur pulas (mungkin efek dari obat hehehe),
dan Kak Vina membangunkan aku ketika mobil Kak Vina sudah ada di depan rumah
aku.
“”Mama,
Nayla pulang’
“Iya,
sayang. Eh, ada Vina juga”
“Siang
tante. Nayla, mending kamu sekarang ke kamar istirahat”
“Iya
Kakak Vina. Makasih ya udah nganterin aku pulang”
“Iya
sama-sama. Tante, saya permisi pulang dulu ya!”
Aku langsung ke kamar dan langsung
beristirahat. Tak tersa aku tertidur pulas sampai malam hari. Di tengah malam,
tiba-tiba aku terbangun dari tidurku. Terkadang aku sering bangun tiba-tiba
bangun malam hari, dan ketika aku terbangun aku langsung menulis di deary ku,
tentang cowok yang aku cintai dan
tentang apa yang aku derita.
Tuhan,
terima kasih masih memberikan aku hidup. Terima kasih masih mmberikan aku
kesempatan untuk dapat merasakan indahnya
dunia. Melihat alam yang sempurna, mendengar kicaun burung, melihat indahnya
sinar rembulan. Melihat senyum bahagia orang tuaku. Atas hembusan nafas yang
sampai saat ini masih dapat ku rasakan. Terima kasih aku masih bisa tersenyum,
walau terkadang batin ini tersa sakit. Aku selalu bertanya pada kegelapan
malam, pada bintang-bintang indah di langit malam, pada sang rembulan yang
bersinar terang kapan penderitaanku dari
penyakit ini akan berakhir. Aku lelah dengan hidup ini. Terkadang terlintas di
pikiranku kapan aku bisa seperti remja yang lain. Aku iri kepada mereka. Mereka
yang tertawa lepas tanpa beban. Tetapi aku tidak boleh menyerah. Dalam
keadaanku seperti ini, aku masih beruntung. Karena banyak orang yang
menyanyangiku. Aku masih berharap ada seorang cowok yang mencintaiku apa
adanya. Tapi itu semua tinggal harapan. Harapan yang tidak akan pernah menjadi kenyataan.
Harapan yang hanya tinggal sebuah kenangan. Aku sudah berjanji ke Papa dan Mama
apapun yang terjadi aku tidak akan pernah menangis dan menyesal. Karena aku
yakin, bahwa apapun yang terjadi pasti sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Setelah
menuangkan seluruh perasaanku ke deary, aku tidur lagi.
Pagi
hari di sekolah.....
Di saat istirahat aku dan Vina
ngobrol santai di taman sekolah. Cerita-cerita. Setelah puas ngobrol aku dan
Vina langsung menuju ke kelas. Tiba-tiba.....
“Bruuuukkkkkk.......awwwww...”
“Maaf
maaf aku gak sengaja”(sambil berdiri)
“Gak
apa-apa, aku yang salah kok. Maaf ya”
Ternyata aku menabrak seorang cowok
yang paling terkenal di sekolah. Namanya Rafael. Hampir semua anak di sekolah
ini kenal sama Rafael, karena dia terkenal pintar, walaupun dia terlahir tak
seberuntung aku.
“Hai
aku Rafael, maaf ya. Aku gak sengaja. Ngomong-ngomong nama kamu siapa?”
“Nama
aku Nayla, aku juga minta maaf ya”
“Aku
duluan ya Nayla” (sambil tersenyum manis kepadaku)
“Iya”
Bel pulang sekolah telah berdering
dengan merdunya. Aku dan Kak Vina langsung menuju ke sebuah restoran yang
terkenal di Bandung. Di tengah perbincangan dengan Kak Vina aku sempat curhat
sama Kak Vina.
“Kak
Vina, aku mau mau curhat, boleh gak?”
“Boleh,
mau curhat apa?”
“Kakak
ingatkan sama cowok yang tadi siang nabrak aku, itu lho waktu di depan kelas.”
“Iya,
kenapa dengan cowok itu? Kamu suka, Nay?”
“Aku
juga gak tahu Kak, tapi tadi itu aku gak sanggup lihat matanya dan hatiku
rasanya cenat-cenut, dag dig dug, dan aku telah menganguminya sejak kelas 1 SMA”
“Cie
Nayla, ehmmm lagi jatuh cinta”
“Aku
telah yakin kalau aku sangat mencintai Rafael apa adanya. Kira-kira Rafael mau nerima
gue gak ya?”
“Gak
penting dia nerima kamu apa gak? Yang penting kamu udah mengungkapkan perasanmu
dan semua yang ada di hatimu”
“Iya”
“Gitu
dong, itu baru adik ku”
“Kak,
pulang yuk!”
“Ayo”
Setelah 10 menit perjalanan, aku
udah sampai di depan rumahku
“Nayla,
hari ini kamu harus ke rumah sakit buat Chek-up”
“Iya,
Mama. Nayla mandi dulu ya”
“Iya”
Di
rumah sakit setelah chek-up..
“Gimana
keadaan Nayla, Dok?”
“Keadaan
masih cukup normal. Paling Nayla hanya merasakan sakit kepala sesekali saja. Tapi
Nayla gak boleh kecapaian”
“Baik
Dokter”
Setelah selesai, aku dan Mama
pulang. Dan aku minum obat langsung tidur.
Pagi
harinya di sekolah....
“Ada
yang lihat Vina gak?”
“Tadi
terakhir aku lihat di taman sama cowok, tapi gue gak tahu cowok itu” (kata
seorang temen gue)
Aku langsung menuju ke taman,
sampai di taman aku gak langsung nyamperin Vina, kulihat cowok yang bersama
Vina dari ujung kaki hingga ujung rambut. Dan benar saja itu Rafael, cowok yag
aku kagumi. Kuurungkan niatku untuk bertemu Vina. Dan aku langsung menuju ke
kelas untuk ambil tas dan langsung pulang ke rumah sambil menahan tetesan air
mata, tapi air mata tetap menetes di pipiku. Sesampai di rumah.....
“Nayla
sayang, kamu kenapa menangis?”
“Mama,
tadi aku lihat Vina sama Rafael, cowok yang aku kagumi sejak kelas 1 SMA” (Aku
langsung memeluk Mama)
“Ya
udah sayang, mungkin Rafael bukan jodoh kamu. Jangan manangis, Nay”
“Tapi
Ma....” (belum selesai pekataanku, tiba-tiba aku pingsan dan aku langsung di
bawa ke rumah sakit)
“Sayang
kamu kenapa? Bangun sayang”
Setelah
di periksa dokter di UGD
“Gimana
Dok, keadaan Nayla”
“Begini
Pak, keadaan Nayla koma, kondisi Nayla turun drastis, sepertinyaNayla mengalami
tekanan batin yang sangat dalam dan sangat mendadak”
“Usahakan
yang terbaik buat Nayla Dok”
“Saya
akan berusha semampu saya, dan serahkan semua kepada Tuhan”
Tiba-tiba...
“Tante,
gimana kondisi Nayla?”
“Kamu
gak usah sok peduli sama Nayla, tadi dia cerita ke Tante, kalau kamu tadi duduk
berdua dengan cowok yang Nayla suka, Nayla pulang-pulang nangis”
“Tante,
biar Vina jelasin?”
“Kamu
gak perlu ngejelasin apa-apa lagi. Semuanya udah terlambat, dan Nayla sekarang
koma dan itu semua gara-gara kamu” (cerita Mama sambil menangis)
“Tadi
Vina ketemu sama Rafael, dan Vina verita ke Rafael kalau Nayla suka sama Rafael
sejak kelas 1 SMA, dan Rafael pun sangat mencintai Nayla, tapi Rafael tidak
mempunyai nyali untuk mengungkapkan itu semua, karena Rafael merasa dirinya gak
cocok buat Nayla. Tante ini Rafael” (sambil menangis)
“Saya
Rafael, Tante. Saya suka sama Nayla saat pertama kali kita ketemu”
“Maafin
Tante ya, tante udah salah paham sama kalian. Tapi, Nayla itu sakit kanker otak
dan sekarang dia koma, aku kamu tetap mencintai Nayla?”
“Saya
tetap mencintai Nayla. Dokter, saya boleh masuk ke dalam gak?”
“Boleh,
silahkan!”
Semuanya masuk ke kamar Nayla
termasuk Rafael dan Vina. Dan Rafael hanya bisa menangis saat melihat keadaan
yang dialami ole orang yang sangat dia cintainya.
“Nay,
bangun Nay itu aku Rafael. Aku sayang sama kamu Nay” (sambil menangis)
Entah keajaiban apa yang terjadi, tak
lama kemudian Nayla tersadar dari koma, setelah Rafael mencium keningnya Nayla
dan air mata Rafael jatuh di pipi,.
“Raf,
aku sayang sama kamu” ( terbata-bata sambil menangis)
“Aku
juga sayang sama kamu saat pandangan pertama” (sambil menangis)
“Aku
sayang sama Papa, Mama. Mama sama Papa gak boleh nangis. Mungkin ini sudah
takdir aku” ( terbata-bata sambil menangis)
“Kak
Vina, maafin aku ya, aku udah ngrepotin kakak, aku udah salah paham sama kakak”
(
terbata-bata sambil menangis)
“Iya,
Kakak udah maafin. Maafin Kakak juga ya, kalau kakak gak bisa jadi kakak yang
baik buat kamu” (sambil menangis)
“Kak,
aku punya permintaan terakhir buat kakak” ( terbata-bata sambil menangis)
“Apa?”
(sambil menangis)
“Kak,
jagain Rafael buat aku ya. Jangan pernah membiarkan Rafael menangis” (
terbata-bata sambil menangis)
“Iya
kakak janji” (sambil menangis)
“Makasih
Kak” ( terbata-bata sambil menangis)
“Sama-sama”
(sambil menangis)
Setelah
perkataan itu selesai, aku menutup mata untuk selamanya, aku bahagia karena di
saat terakhir ku masih ada seorang yang mencintai aku apa adanya. Akhirnya aku
bisa meninggalkan orang-orang yang aku sayangi dengan hati yang lega. Dan masih
ada orang-orang yang menyanyangi aku. Selamat Tinggal Semua. Semoga Kalian
Bahagia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar